Jumat, 25 September 2015

Book Report Civic Education (AWESOME!)

Senin, 2 Maret 2015 Selepas matakuliah Akhlak Tasawuf, kita ––MD 2 B langsung naik ke lantai 7 dan duduk-duduk nunggu di depan ruangan 7.21, yeah on the way mata kuliah Civic Education. Eee ternyata pas kita udah nunggu, Bapaknya gak ada... kan sedih. Senin, 9 Maret 2015 Seperti biasa, habis Akhlak Tasawuf kita langsung naik, soalnya jeda cuma 10 menit, takut telat. Eh eh eh ternyata pas kita udah nunggu (lagi) bapaknya gak ada. Kan sedih banget kita, 2 kali dan berturut-turut dosen gak masuk. Bete? Pasti, kenapa sih gitu? Padahal di kelas MD 2 A beliau masuk? Ih pokoknya MD 2 B itu kasian banget. Senin, 16 Maret 2015 Pertemuan pertama setelah DUA minggu gak masuk! Inget dua minggu. Bayangin setelah dua minggu gak masuk. excited banget pas masuk Kelas. Dalam hati ‘akhirnya masuk juga’. Eeee tapi, Pak Study Rizal gak masuk, yang masuk malah Pak Muchlas, dosen pengganti. Tapi, ini bukan masalah besar buat kita. Pak Muchlas orangnya asyik, cara beliau memperkenalkan dirinya, seputar Civic Education. Pokoknya asyik. Apalagi pas beliau jelasin cara kita jadi pemakalah. Kita gak maju di depan tapi kita makenya small group discussion. Sempet parno, kali hari itu bukan rejeki kita dapet kelompok yang anak-anaknya ajaib dunia akhirat, gimana? Susah buat jelasin, apalagi ada notulis terus nanti presentasiin hasil diskusi dari kelompok kita. Pasti kan mereka gak mau diskusi. Maunya ngelakuin sesuka hati mereka. Setelah jelasin ini itu, kita disuruh ngasih pendapat mengenai kondisi bangsa Indonesia saat ini. dalam hati aku bersorak ‘Yeay!’ inilah bagian yang aku suka. Entah apa yang membuatku selalu berapi-api ketika ngebahas Indonesia. Padahal kondisinya miris banget, tapi gak semuanya sih. Cuma ada prestasi Anak Muda Indonesia yang gak diblow up sama media. Setelah kita mengeluarkan pendapat kita tentang Indonesia, Pak Muchlas sempat nanya siapa yang sudah nonton Film ‘Soe Hok Gie’. Aku ngacungin jari, waaaah ternyata Cuma aku doang. Aku juga tau film itu gak sengaja, awalnya karena denger soundtrack film itu karya Eros Chandra yang dicover sama duo kakak beradik. Aku fikir, bagus. Liriknya buat aku penasaran. Setelah lagu, aku nonton Tv pas itu lagi musim-musimnya Grammy Awards. Dibahaslah di situ, Film Indonesia yang hampir pernah masuk nominasi di Grammy. Salah satunya itu film ‘Soe Hok Gie’ ini, kan makin dibuat penasaran. Dan akhirnya coba-coba download. Oke cerita seputar ‘Soe Hok Gie’ dilanjut nanti di bagian nonton dan tugas kesimpulan film ini. Aku inget banget kata-kata Pak Muchlas yang ini di awal pertemuan “Mahasiswa sekarang kerjanya apa? Di kasih kupon starbucks aja udah anteng nongkrong.” Nahlho(?) aku sebagai Mahasiswa ngerasa kata-kata beliau ngejleb banget, jujur, malu banget. Dalam hati nge-Iya-in, dan bertanya-tanya ‘Kenapa ya bisa gitu?’. Ngasih pendapat mengenai kondisi bangsa sudah, perkenalan sudah, pembukaan mengenai materi Civic Education udah. Yeah! This section to share group to short paper. Kita suruh ngitung tuh dari 1 sampai 9. Aku dapat kelompok 7, materinya Otonomi Daerah. And then setelah semua beres, materi sama buku rekomendasi udah di kasih tau, sekarang waktunya pulang! Sampai ketemu minggu depan di makalah pertama  Senin, 23 Maret 2015 Pendahuluan Civic Education Makalah pertama, sebagai percobaan dengan pola penyampaian materi perkelompok diskusi kecil. Awalnya ngerasa aneh, kelas jadi rame banget kan. Sana sini ngomong, kaya di pasar. Belum lagi, anak-anak yang belum tau definisi istilah-istilah penting di pendidikan kewarganegaraan. Sumpah, ngerasa terganggu banget. Kadang mikir, ‘Itu kan istilah paling dasar dan menurut aku sepele, masa gak tau? Dulu pas SMA pada ke mana aja?’. Lambat laun bisa adaptasi dengan kondisi penyampaian materi dengan pola yang baru. Civic education, kalo diartiin bahasa Inggrisnya. Civic berarti bersifat kewarganegaraan – yang memikirkan kepentingan umum. Sedangkan Education yaitu pendidikan. Digabungiin deh Civic Education, artinya pendidikan yang membahas tentang kewarganegaraan. Tentang bagaimana sekelompok manusia berkumpul dalam suatu organisasi baik itu organisasi sosial, politik, maupun ekonomi. Mungkin dulu waktu SMA dikenal dengan PKn (Pendidikan Kewarganegaraan). Sekarang bahasanya gaul dikit, ngikutin jaman kan globalisasi jadi makenya bahasa asing, Civic Education.  Kompetensi dasar dan tujuan dengan adanya Civic Education sendiri adalah untuk mentransfer Civic Knowledge, Civic Disposition, dan Civic Skills. Keberadaan Civic Education sendiri karena negara kita adalah negara demokrasi. Jadi, pendidikan mengenai demokrasi harus diajarkan sejak dini. Serta menjadikan warganegara yang cerdas, aktif, kritis, partisipatif, sadar akan demokrasi, dan bisa mengembangkan kultur demokrasi yang berkeadaban. Inti dari keberadaan matakuliah Civic Education yaitu untuk memberikan pelajaran pada kita tentang active learning, transfer learning, transfer of value, dan transfer of principle demokrasi dan HAM untuk menumbuh kembangkan Civil Society atau Masyarakat Madani. Sedangkan orientasi Civic Education sendiri menekankan pada pembelajaran dan upaya pemberdayaan mahasiswa sebagai bagian warganegara Indonesia secara demokratis. Yang di mana harapan akhir dari Civic Education mahasiswa tidak hanya mengetahui teori, namun mahasiswa bisa mempraktekkannya di kehidupan sesungguhnya. Serta mahasiswa bisa menjadi warganegara yang aktif, cerdas, partisipatif, dan sadar akan pentingnya demokrasi. Maka dari itu, Civic Education itu sangat penting bagi pembangunan budaya dan keberlanjutan Demokrasi di Indonesia. Setelah belajar PKn dari dulu baru tau penting dan fungsi pelajaran ini. Parah banget ini. Mau belajar, tapi gak tau tujuan mempelajarinya. Tapi, gak apa-apa seenggaknya sekarang sudah tau. Penting banget untuk praktek dan kelangsungan demokrasi Indonesia agar bersih dan sesuai prosedur. Supaya tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran hukum. Alhamdulillah hari ini ilmu nambah. Semoga di makalah selanjutnya makin banyak yang bisa diperoleh, dan diskusinya makin mengasyikkan. Senin, 30 Maret 2015 Negara Tak terasa udah makalah kedua... Sekarang pembahasan mengenai Negara. Negara? Semua pasti sudah tau apa itu negara? Teori terbentuknya negara? Bagaimana bentuk-bentuknya? Unsur-unsur terbentuknya negara apa aja? Hubungan negara dengan warganegara? Hubungan agama dengan negara? Negara dan segala tetek bengeknya itu pasti sudah dipelajari sejak SD. Kata-kata negara sudah tidak asing lagi di telinga kita, kita sering nyebut Negara Indonesia. Tapi, hubungan negara dengan warganegara di Indonesia menurut aku ada yang salah. Kenapa? Karena sebenarnya kewajiban negara terhadap warganya pada dasarnya adalah memberikan kesejahteraan hak hidup dan keamanan lahir batin sesuai dengan sistem demokrasi yang dianut. Pada kenyataannya, banyak warganegara Indonesia yang hidup di bawah angka kemiskinan. Apakah ini dinamakan sejahtera? No, no, no. Keamanan lahir batin? Ya bisa jadi ada yang belum, karena dengan banyaknya warganegara yang hidup di bawah garis kemiskinan gimana mau aman lahir batin? Anak-anak jalanan hidup di bawah tekanan kehidupan yang begitu keras, dan pastinya kurang sesuai dengan usia mereka. Kekerasan selalu mengintainya kapanpun. Belum lagi warganegara yang hidup di daerah pedalaman, seperti Papua yang sering terjadi konflik antar suku. Aku bingung mau nulis apa lagi, karena pembahasan yang ada di makalah tidak selengkap yang tercatat di silabus  Pokoknya yang aku tahu, aku hidup di negara Indonesia yang udah berganti-ganti model pemerintahannya. Senin, 6 April 2015 Konstitusi dan Tata Perundang-Undangan Dalam Kehidupan Kenegaraan Menurut aku, konstitusi dan tata perundang-undangan dalam kehidupan adalah seperangkat peraturan yang mengikat suatu pemerintahan dalam menjalankan kewajiban yang sesuai dengan hukum (tunduk pada hukum). Dan membatasi tindak ke sewenang-wenangan Pemerintah dalam menjalankan Pemerintahannya baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Atau aturan dasar yang dasar hubungan kerjasama antar negara dan warganegaranya dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Membatasi tindak ke sewenang-wenangan Pemerintah? Pemerintah kadang baik, namun birokrat yang ada di bawahnya yang suka pada sewenang-wenang. Belum lagi masalah hukum uh yang kadang buat gerah. Gimana gak gerah, orang yang tau hukum malah yang menjadi pelanggar paling pertama? Mungkin ada yang salah dengan sistem pendidikan Kita atau memang udah turun temurun dan kodratnya para penegak hukum suka melanggar hukum itu sendiri. Dia yang membuat, dia yang melanggar. Dia yang seharusnya menegakkan, malah dia yang harus ditegakkan. Ulalah. Indonesia Raya... Sudahlah segini saja, gak tau apa lagi yang harus ditulis di sini. Senin, 13 April 2015 Identitas Nasional dan Globalisasi Identitas nasional adalah manifestasi budaya yang berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa. Adapun identitas nasional diperlukan untuk anteraksi antar bangsa, menentukan status dan peranan bangsa tersebut di dunia Internasional. Globalisasi dan Identitas Nasional? Globalisasi sudah sangat akrab dengan telinga kita. Pokoknya dengan adanya globalisasi hidup jadi mudah. Kata siapa? Kata saya. Gak, gak, gak. Mudah atau tidaknya tergantung masing-masing pribadi individu dalam menghadapinya. Dengan adanya Globalisasi otomatis ada dua kemungkinan yang terjadi, lunturnya identitas suatu negara atau boomingnya identitas suatu negara bukan? Jika generasi mudanya punya Identitas yang kuat, dia bisa mensosialisasikan Idenitas nasional negaranya ke dunia Internasional. Namun, jangan sampai terjadi akulturasi yang berlebihan, apalagi mengambil budaya luar yang kurang sesuai dengan budaya nasional. Dengan adanya globalisasi juga berarti kita ikut dalam pembangunan masyarakat dunia dan berandil dalam setiap pengembilan keputusan. Dengan adanya globalisasi, bisa saja kita jadi over Internasionalisme. Hah? Bahasa itu hanya ada aku yang punya oke? Dengan adanya over internasionalisme itu atau lunturnya rasa nasionalisme kita harus adanya Revitalisasi Identitas Nasional, yaitu dengan revitalisasi Pancasila yang bertujuan untuk mengurangi lunturnya degradasi moral, karena moral dapat dijadikan dasar dan arah dalam upaya mengubah segi dan sendi kehidupan. Kenapa harus Pancasila yang harus direvitalisasi? Karena Pancasila merupakan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia yang sesuai dengan budaya dan norma-norma bangsa Indonesia. Dengan adanya revitalisasi Pancasila pasti harus ada wujud pemberdayaan Identitas Nasional kan? Apa aja ya yang harus diberdayakan? Yang pertama yaitu dari segi spiritual ada moral, etika, dan religius. Yang kedua, dari segi akademis, karena dengan adanya pendidikan bukan hanya merubah kerangkan SDM namun juga prestasi, kontribusi, dan aplikasi hasil dari pendidikan itu sendiri. Yang ketiga yaitu dari segi kebangsaan dengan menunbuhkan kesadaran nasionalisme dalam pergaulan antar bangsa. Yang keempat yaitu, dengan Mondial yaitu cara untuk menyadarkan manusia bahwa manusia harus siap menghadapi dialektika perkembangan dalam masyarakat dunia yang terbaru. Ini adalah beberapa wujud kritik sosial terhadap penyimpangan yang melanda. Sebenarnya Identitas Nasional itu bisa fleksibel loh, karena Identitas merupakan sesuatu yang berubah dan terbuka untuk diberi warna baru agar sesuai dengan tuntutan zaman. Namun, yang harus digaris bawahi di sini yaitu sesuai tuntutan zaman dan sesuai dengan norma-norma yang berlaku di suatu kelompok masyarakat. Senin, 20 April 2015 Demokrasi: Teori dan Aksi Semua orang sudah tau apa itu demokrasi, dari bahasa mana itu demokrasi, hakikat demokrasi pasti sudah umum dibahas. Demokrasi sebagai pandangan dan pegangan hidup bersama. Demokrasi of the people, by the people, for the people. Mekanisme untuk mewujudkan kedaulatan rakyat atas negara untuk dijalankan oleh negara tersebut. Sebenarnya yang unsur-unsur yang dibutuhkan dalam tatanan masyarakat demokrasi sebagian sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia. Namun, dalam perjalanannya, ada kekeliruan sehingga demokrasi di Indonesia belum mampu selangkah lebih baik. Memang demokrasi adalah proses tanpa henti, tapi kesalahan demokrasi di Indonesia itu bukan kesalahan secara teknis atau ketidak tahuan. Namun, di sana terdapat unsur kesengajaan dan mampu memonopoli semuanya. Unsur-unsur penopang masyarakat demokrasi adalah adanya negara hukum dan masyarakat madani. Indonesia kan negara hukum fifty fifty, negara hukum bagi mereka yang tidak punya kedudukan alias rakyat kurang mampu. Itu sudah terbukti. Tiap hari berita di media elektronik berseliweran tentang hukum di Indonesia yang memihak. Katanya equality before the law, ciri-ciri hanya ciri-ciri namun kenyataannya tidak ada. Belum lagi kita belum menjadi mayarakat madani keseluruhan, masyarakat madani di Indonesia hanya 5%. Dengan segala yang terjadi itu, masih bisakah Indonesia disebut negara Demokrasi? Atau negeri ½ demokrasi(?) Ditambah lagi akhir-akhir ini sebagian pers hanya memihak ke kelompok-kelompok tertentu. Sehingga, berita yang dimuat hanya untuk mengadu domba, timpang sebelah. Memang dari sekolah Dasar kita sudah dapet pelajaran Kewarganegaraan. Tapi kan di sisi lain ada prinsip-prinsip demokrasi yang belum bisa berjalan sesuai prosedur. Tapi, untuk mengukur sejauh mana sistem demokrasi di suatu negara bukan hanya hal-hal tadi, masih ada lagi seperti Pemilihan Umum, Susunan Kekuasaan Negara, dan Kontrol Rakyat. Atau menurut Daul A. Robert adalah, Kontrol atas keputusan pemerintah, Pemilihan umum yang sejujur, Hak memilih dan dipilih, Kebebasan menyatakan pendapat tanpa ancaman, Kebebasan mengakses informasi, dan Kebebasan berserikat. Semua yang sudah di sebutkan sudah ada di Indonesia sekarang ini ya karena Indonesia Negara Demokrasi katanya. Namun, tetap saja ada yang dijalankan sesuai prosedur ada yang jauh luar biasa dari prosedur. Ya beginilah negara kita Indonesia tercinta. Demokrasi dan Islam? Islam? Menurut aku dalam Islam kita sudah belajar apa yang namanya demokrasi, tapi secara sederhana. Iya kan. Kita bisa dipilih dan memilih, asalkan mempunyai ilmu yang mumpuni. Kebebasan berserikat, dalam Islam sudah diatur jelas bagaimana kita disuruh untuk duduk dengan orang-orang yang berilmu. Maksud mereka mungkin juga sama ya(?). Jujur? Itu hal yang wajib ada di Islam bukan? So, menurut aku Islam dan demokrasi saling berkaitan namun dalam taraf yang masih sederhana. Bukan seperti demokrasi yang sudah berlaku di negara-negara maju. Indonesia sudah menjalani sistem demokrasi selama bertahun-tahun, demokrasi pun adalah proses panjang yang harus dipelajari terus menerus. Mungkin kalo kita ngaji itu, Indonesia belajar demokrasi sudah khatam berpuluh-puluh kali. Namun, ada beberapa sistem demokrasi di Indonesia yang keliru. Keliru? Atau sengaja. Hahahaaa kurang tau. Menurut aku, keliru dan gak dijalanin sesuai dengan prosedur yang seperti berlaku di negara-negara maju. Atau mungkin demokrasi yang sesuai seperti di negara maju tidak sesuai dengan negara kita? Uh aku gak mau jauh-jauh ngomongin ini. Takut, nanti salah jadi berabe. Ilmu masih cetek banget ini, gayanya mau ngomen-ngomen. Bagian demokrasi segini dulu ya, emang segitu yang saya tau. Jangan panjang-panjang nulisnya, kalo panjang-panjang nanti malah jadi sok tahu. Sok-sok-an jadi orang bak berpendidikan sudah tinggi. Sudah dulu yaa diary minggu ini, nanti berabe makin ngoceh-ngoceh gak jelas. Seee you di diary minggu selanjutnya  Senin, 27 April 2015 OutdoorAactivities (Kelompok tugas poster) Waaaah udah outdoor activities aja ini, gak terasa sudah UTS. Perjalanan semester dua ini tinggal setengah. Outdoor Activities, agak sedih pas dapet tugas ini. Bukan tugasnya, tapi pas di kasih tau kalo kelompok tugas ini adalah small group discussion hari itu soalnya ini kan buat nilai UTS. Kan sedih kalo nilainya jelek. Kenapa takut? Pertama, teman kelompoknya semua ajaib. Kedua, aku gak punya bakat gambar sedikitpun. Ketiga, pokoknya bete deh, pengen nangis banget. Setelah beli semua peralatan, kita gambar. Kebetulan ada matakuliah yang dosennya absen, jadi kita bisa ngerjain. Kalo gak kaya gitu gimana kita bisa kumpul bareng ngerjain. Anaknya susah-susah. Itu aja udah dongkol banget hati. Poster pertama sudah hampir jadi, poster kedua belum apa-apa masih kertas putih tanpa coretan apapun. Habis UTS Bahasa Inggris kebetulan ketemu Rafi. Karena yang ngehandle semua aku, perlengkapan juga sama aku. Jadi aku kasihin peralatan poster kedua sama Rafi. Ya walalupun habis itu aku di marahin  iyalah dimarahin. Rafi kan agak-agak, masuk aja jarang. Bagaimana mungkin aku bisa mercayain hal sebesar itu sama dia, sedangkan hari Kamis, besoknya itu poster sudah harus dipasang. Tapi aku coba yakinin diri, itu pasti jadi. Yeeeeay pas kamis pagi, di depan ruang 5.22 aku dibohongin. Katanya dia gak bawa, aku udah mau nangis. Mana berangkat udah kesiangan, tapi untungnya belum terlambat sih. Dia bilang belum jadi, dan gak dibawa. Tapi, pas aku udah cemberut terus di kasiin gambar. Buru-buru langsung aku buka. Alhamdulillah, kan jadi beneran, yang penting pertama percaya dulu. Kalo gak percaya gimana mau jadi bukan? Setelah mata kuliah bahasa Indonesia, kita nyelesaiin dua poster ini sampe selesai di depan lift lantai lima. Kita ––MD 2 B di sini semua nyelesaiinnya. Lempar-lemparan spidol, pensil, penghapus, gunting, lem, solatip, krayon. Lantai lima hari itu heboh sama kita-kita. Sampai kita mau UTS Teori Perilaku Organisasi kocar kacir. Belum ngereview bacaan semalem lagi. Takut lupa. Selesai! langsung tuh buru-buru ke lantai enam. Kita memang lucu. Habis UTS, kita turun ke basement bareng-bareng satu kelas, nempelin poster deh. Selesai, pulang... Legaaaa, akhirnya selesai dan dipasang juga  Senin, 4 Mei 2015 Presentasi Maksud dan Tujuan Dibuatnya Poster Akhirnya setelah minggu-minggu yang sangat melelahkan dan menguras emosi berlalu, sekarang waktunya presentasi maksud dan tujuan dibuatnya poster kelompok kami. Huh. Sayang pas presentasi kelompok kami kurang, Rafi sama Gatra kagak ada. Kan sedih. Padahal gambar kedua yang asbak itu yang gambar Rafi, dia juga ikut bantu-bantuin kita sampe selesai. Tapi pas presentasi dia gak ada, kasian banget. Waktu presentasi kita diuji noh bisa gak kita mertahanin pendapat kita, tapi kebanyakan yang presentasi malahan pada tambah bingung. Termasuk kelompok aku. Waaaakks! Padahal bapaknya juga nanya-nanya sambil bercandaan. Emang kita ma gitu, makin ditanya muter-muter sukanya makin kebingungan. Maklumin aja, efek kemajuan teknologi. Maaf ini foto poster Cuma satu, ini juga ngambil dari Instgram. Entah kemana itu poster ngilangnya. Yang bawa pulang gak tanggung jawab banget. Dari awal semua perlengkapan poster sudah di aku, kan capek. Ilangnya poster ini, dijadiin pelajaran aja. Emang sih bete, tapi mau nyari di mana lagi kan? Ya sudahlah, udah berusaha nyari juga. Tapi gak ketemu. Pasrah. Senin, 11 Mei 2015 Tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih (Clean and Good Governance) Clean and Good Governance, hal ini masih jadi angan-angan bangsa Indonesia. Bahkan sampai detik ini, ketika saya ngetik, ketika Bapak baca tulisan saya. Entah kapan akan tercapai, yang jelas bukan sekarang. Iyalah bukan sekarang. Lihat keadaan para elite politik kita, gak ada sedikitpun potensi untuk jadi Clean and Good Governance sedikit pun. Bukan pesimis, tapi memang begitu keadaannya. Gak usah panjang-panjang ngartiin Clean and Good Governance. Pura-pura jadi orang awam aja yang hanya mengartikan lewat arti kata-kata itu. Clean Governance, Pemerintahan yang bersih. Sudah terlaksanakah di Indonesia? Ayo kita lihat. Para koruptor masih tersenyum dengan bangganya di media, parahnya mereka gak ngaku bersalah. Padahal sudah jelas-jelas dijadikan tersangka. Yang dituding bersalah malah sekarang ngetrend ngajuin banding. Ya Allah, segitunyakah? Selanjutnya Good Governance pemerintahan yang baik, di makalah tertulis pada halaman 2. Pemerintahan yang baik adalah model pemerintahan yang efektif, efisien, jujur, transparan, dan bertanggung jawab. Ayo sekarang lihat lagi dengan keadaan Indonesia, sudah adakah? Menurut aku ada, tapi masih minim-minim banget yang terlaksana. Apalagi soal jujur dan transparan-transparan itu. Hah, itu susah di jalani di Indonesia, nampaknya. Lagi-lagi ya Indonesia susah menerapkannya, ditambah dengan prinsip-prinsip Clean and Good Governance. Kaya, partisipasi, penegakkan hukum, transaparansi, efektifitas, responsif, orientasi kesepakatan, kesetaraan, akuntabilitas, visi strategis. Ayo ayo kita lihat lagi, sudah adakah prinsip-prinsip itu di praktek pemerintahan Indonesia? Menurut aku belum ada, belum terlihat juga. Pemerintah belum proaktif dalam menganalisis dan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Sejalan dengan prinsip demokrasi, pasrtisipasi masyarakat adalah merupakan salah satu tujuan dari implementasi Clean and Good Governance. Keterlibatan masyarakat dalam lembaga-lembaga pemerintahan akhirnya melahirkan kontrol masyarakat terhadap jalannya roda lembaga-lembaga pemerintahan. Dengan adanya kontrol masyarakat juga diharapkan dapat berdampak pada keefektifan kinerja kaum birokrat kita dan terbebasnya dari KKN. Namun, kontrol masyarakat tidak begitu saja dapat terwujud. Ada loh awalnya dia mau ngontrol, tapi akhirnya dia ikut terjerumus, nah gimana ini? Dia malah ikut menikmati. Bubar sudah tujuan awal. Ada juga yang tujuan awalnya mau ngontrol, tapi pas mau lapor dia takut. Loh? Gimana lagi ini? Yaa begitulah sifat manusia. Namun, saat masyarakat sudah bener, mengontrol jalan roda pelayanan pemerintah terhadap masyarakat berjalan mulus. Lembaga-lembaga negara (Orangnya bukan lembaganya), lupa akan tujuan, peran serta fungsi lembaga itu. Belum lagi lembaga peradilan yang kurang berwibawa dan kurang bersih. Makin pusing pala barbie. Profesional dan integritaaparatur pemerintah pun masih harus dipertanyakan. Bagaimana sih paradigma mereka tentang birokrasi populis, bukan birokrasi yang melayani orang-orang tertentu saja. Praktek dokter kali ah. Selain itu juga, harus adanya peningkatan partisipasi masyarakat dan kesadaran masyarakat akan demokrasi. Nampaknya bagian ini masih minim banget deh di Indonesia karena kesejahteraan rakyat belum terpenuhi. Bagaimana rakyat mau mikirin demokrasi. Hari ini masih bisa makan saja untung, ngapain mikirin demokrasi yang hanya angan-angan itu? Tidak sejahteranya masyarakat, tidak sadarnya masyarakat akan demokrasi, lagi-lagi faktornya karena korupsi yang dilakukan oleh aparatur negara. Semua aspek demokrasi di Indonesia dinodai oleh praktek-praktek korupsi. Ada sih lembaga anti korupsi. Tapi, lihatlah akhir-akhir ini lembaga yang sedang memperjuangkan hak-hak rakyat sedang dilemahkan. Miris sekali. Bisa dilihat dengan pelemahan KPK, political will dan political action dari pemerintah masih setengah-setengah. Lucu banget ya. Pemerintah kok negakkin hukum setengah-setengah, lu kira lagi bercanda? Gimana gak setengah-setengah, yang buat Undang-undang mereka, nantinya mereka juga yang mau ngelanggar. Mana mau mereka masuk dalam perangkapnya sendiri. Harusnya ada tindakan hukum yang bersifat shock theraphy dan bisa membuat jera para pelaku-pelaku korupsi. Sampai kapan negara kita harus terkungkung dengan hal semacam ini? Capek lihatnya. Selain KPK ada sih lembaga yang mengontrol kinerja pemerintah, kaya ICW (Indonesia Corruption Watch) atau ombudsman. Tapi, kontribusi mereka gak se-nge-trend kontribusi KPK. Kalo sudah seperti ini, yang paling berkontribusi sudah dilemahkan, tapi tapi KPK tetap bisa bekerja maksimal kok. Buktinya mereka bisa tangkap tangan praktek-praktek korupsi. Satu-satunya jalan untuk meminimalisir praktek-praktek korupsi adalah memberikan pendidikan anti korupsi se-dini mungkin, dan harus diterapkan di lingkungan keluarga. Selain itu, harus ditambah dengan ajaran nilai-nilai agama agar mereka sadar akan kehidupan akhirat. Sudah deh mereka mengurangi korupsinya. Iya kalo terlaksana, dan kalo sadar. Tata kelola pelayanan yang baik dan bersih bisa dilihat dari kinerja pelayanan publiknya. Lihat aja di Indonesia gimana pelayanan publiknya. Sudah puaskah anda? Kalo aku sendiri belum puas sekali. Lihat saja, pelayanan rumah sakit pengguna BPJS, pasti susternya kurang ramah. Itu kan sudah bukan rahasia lagi. Belum lagi di bagian-bagian pelayanan publik lain, masih banyak banget kekurangannya. Lagi-lagi- dan lagi yang mempengaruhi tingkat pelayanan birokrasi adalah kualitas sumber daya manusia. Dari mana lagi kualitas di dapat kalo bukan itu hasil dari pendidikan. Berarti, ada yang salah dengan sistem pendidikan kita. Bukan ada mungkin, dari awal semua sistemnya salah. Iya salah, tengok saja saat musim Ujian Nasional. Aksi contek mencontek dan dalangnya oknum guru sudah tidak asing lagi. Itulah sebabnya makin ke sini keadaan kita makin carut marut, makin amburadul, makin kusut. Entah cara apa yang bisa meluruskan ini semua, dan butuh waktu berapa lama untuk menyelesaikan ini. wallahua’lam... Senin, 18 Mei 2015 Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRI Wewenang pemerintah daerah untuk mengurus sendiri urusan dan kepentingan pemerintahan di daerahnya sendiri secara mandiri yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan adanya otonomi daerah bisa menjadi sarana pendidikan politik. Selain itu juga untuk terciptanya efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, stabilitas politik, kesetaraan politik, dan sebagainya. Dengan adanya otonomi daerah diharapkan akan terlahirnya penyelenggaraan pemerintah yang responsif terutama dalam menangani perekonomian daerah. Selain itu juga dengan adanya otonomi daerah bisa jadi strategi untuk mengoptimalkan potensi yang ada di daerahnya. Otonomi daerah bisa dikaitkan dengan adanya Pilkada langsung, karena dengan adanya pilkada langsung kepala daerah langsung mendapat legitimasi dari rakyat. Sehingga kepala daerah seakan bertanggung jawab untuk memenuhi hak dan kewajiban rakyatnya, karena sudah dipilih oleh rakyat secara langsung. Kelebihan dan kekurangan Otonomi daerah itu sendiri adalah: Kelebihan: - Bisa mengembangkan potensi daerah - Bisa menjadi karir lanjutan - Dapat mengembangkan nilai tradisi - Memudahkan proses perizinan usaha, dan lain-lain Kekurangan: Dengan adanya otonomi daerah, jadi banyak pemekaran daerah. Memang tidak ada yang melarang. Namun, takutnya para perangkat pemerintahan di daerah baru itu belum siap untuk memenuhi semua kebutuhan warganya. Terjadilah pelanggaran, belum lagi dengan adanya anggaran yang besar, bisa saja karena mereka minim pengetahun anggaran itu digunakan tidak sesuai dengan yang seharusnya atau mereka buta karena kekuasaan. Terjadilan money politic. Anggaran yang seharusnya buat warga, tidak tersampaikan. Senin, 25 Mei 2015 Hak Asasi Manusia Hak Asasi Manusia atau Human Rights, pertama kali ada setau aku pada peradaban Eropa. Namun juga ada yang bilang HAM sudah ada sejak peradaban Islam, iyalah pasti ada Islam kan mengatur semua sisi kehidupan kita pasti ada. Islam mengajarkan tentang kebebasan, keadilan, pasti HAM dan Islam sangat berkaitan. Cuma kita aja yang belum menyadari, kita semua nganggapnya dari dunia barat. Para pejuang HAM di Barat dulunya untuk diakui sangat sulit, setelah ke sana sini, akhirnya mendapat pengakuan dari PBB. Namun, perjuangan gak sampai di situ, pengakuan dari negara-negara lain masih minim banget. Akhirnya hasil tidak menyalahi proses, pengorbanan membawa hasil yang maksimal. HAM sekarang sudah ada di mana-mana, walaupun masih ada kekurangan di sana sini. Di Indonesia sendiri HAM diatur oleh UU Nomor 39 Tahun 1999. Walaupun sudah ada peraturannya yang tertulis di Undang-undang, namun banyak kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi, dan sampai sekarang masih belum selesai setelah bertahun-tahun. Bahkan, ada beberapa kasus yang tidak jelas arahnya, selesai tanpa kabar. Karena itu, pada masa orde baru yang gemar menyuarakan HAM adalah organisasi non pemerintah atau LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Usaha mereka membuahkan hasil, diawal tahun 90-an dibentuklah Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM). Sayangnya lembaga ini tidak berdaya dalam mengungkap kasus-kasus pelanggaran HAM pada masa itu. Berikut Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia yang menggemparkan dan masih agak janggal proses penyelesaiaannya 1. Tragedi 1965 – 1966 Pembunuhan jenderal pada 30 September, yang dituding oleh pemerintah saat itu adalah Partai Komunis Indonesia (PKI). Selanjutnya, PKI dibubarkan dan dibersihkan dari pemerintahan. Dalam tragedi ini 500ribu – 3 juta orang terbunuh, diasingkan, dan selama bertahun-tahun hidup di bawah bayang-bayang PKI. Komnas HAM menuding bahwa Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Panglima Militer daerah yang menjabat saat itu adalah yang paling bertanggung jawab. Kasus ditangani oleh Jaksa Agung, pada tahun 2013 Jaksa Agung mengembalikan berkas ke Komnas HAM dengan alasan data kurang lengkap. 2. Kasus Penembakan Misterius (Petrus) atau Operasi Clurit Operasi Rahasia yang digelar oleh mantan Presiden Soeharto pada masa pemerintahannya dahulu dilakukan dengan dalih mengatasi tingkat kejahatan yang tinggi. Sehingga mengganggu keamanan dan ketentraman. Namun, dilakukan dengan pembunuhan dan penangkapan. Anehnya, mereka tak pernah tertangkap, dan kasusnya tak pernah diadili. Pada tahun 1983 532 orang tewas, 367 orang tewas akibat luka tembak. Pada tahun 1984 107 orang tewas, 15 orang tewas akibat luka tembak. Pada tahun 1985 74 orang tewas, 28 orang tewas akibat luka tembak. Korban penembakan misterius ini selalu ditemukan dalam kondisi tangan lehernya terikat. Sebagian besar korban jiwa dimasukkan ke dalam karung yang ditinggal di pinggir jalan, di depan rumah, atau dibuang ke sungai, hutan, laut, dan kebun. 3. Tragedi Semanggi dan Kerusuhan 1998 Tragedi ini diawali oleh konflik finansial, terjadilah demo besar-besaran di seluruh Indonesia. Puncaknya terjadi di Jakarta. Selanjutnya dipicu oleh tewasnya empat mahasiswa Trisakti yang tertembak 12 Mei 1998. Jaksa Agung ‘Kasus Ini bisa diselesaikan, jika ada rekomendasi dari DPR ke Presiden.’ Selanjutnya, Jaksa Agung mengembalikan berkas ke Komnas HAM. Jaksa Agung ‘Kasus tidak dapat ditindak lanjut. Karena, DPR sudah memutuskan tidak ditemukan pelanggaran HAM berat.’ Yang lainnya, Jaksa Agung menganggap kasus penembakan Trisakti sudah diputuskan oleh pengadilan militer pada tahun 1999, dan tidak dapat diadili untuk kedua kalinya. 4. Terbunuhnya Munir Said Thalib (Aktivis HAM) Munir meninggal di pesawat tujuan Jakarta – Amsterdam pada 7 September 2004. Namun dalam perkembangannya, kasus ini hanya mampu mengadili pilot Garuda, Pollycarpus Budihari Priyanto yang divonis 14 tahun penjara. Selanjutnya, Polly dibebaskan bersyarat Jum’at (28/11) lalu. 5. Tragedi Wamena Berdarah 4 April 2003 Pembobolan senjata markas kodim 1702 / Wamena oleh orang tak dikenal menewaskan dua orang anggota kodim. Dalam rangka pengejaran, diduga aparat TNI Polri telah melakukan Penyisiran, Penangkapan, Penyiksaan, dan Perampasan. Sehingga adanya korban jiwa dan adanya pengungsian penduduk. Pada tragedi ini diduga 42 orang meninggal karena kelaparan. 15 orang korban perampasan. Belum lagi korban pemaksaan penandantangan surat pernyataan, perusakan fasilitas umum. Dalam proses penyelesaiannya, terjadi proses tarik ulur antara Komnas HAM dan Jaksa Agung. Sementara, para pelaku sekarang menikmati hidup bebas, mendapat kehormatan sebagai pahlawan, kenaikan pangkat, promosi jabatan tanpa tersentuh hukum. Sedangkan para korban hidupnya memprihatinkan. Cih! Semua terlalu munafik. Belum lagi pelanggaran HAM yang dilakukan Pemerintahan Orde Baru, seperti Tanjungpriuk, Kedung Ombo, Lampung, Aceh. Belum lagi akhir-akhir ini maraknya penggusuran. Revitalisasi tiga konvensi HAM: a) Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan, UU No. 7 Tahun 1984. b) Konvensi Anti Apartheid dalam Olahraga, UU No. 48 Tahun 1993. c) Konvensi Hak Anak, Keppres No. 36 Tahun 1990. Tuh kan, lagi-lagi penegak hukum yang harus ditegakkin hukumnya. Bahkan ada pelanggaran HAM yang dalangnya adalah pemerintah sendiri. Sangat memalukan. Padahal pemerintah seharusnya melindungi. Mana lembaga pemerintahan sampai sekarang belum bisa menyelesaikan kasus-kasus terdahulu, dan sekarang. Senin, 1 Juni 2015 Nonton Film ‘Soe Hok Gie’ Tadi di pembukaan udah sedikit dibahas kenapa aku nonton Film ini, jujur awalnya gak tau kalo ini Film berbau perjalanan seorang aktivis. Taunya Lagu yang liriknya bagus, pernah mau masuk nominasi Grammy Awards. Ya udah... aku ngambil kesimpulan berarti Film ini bagus dan mutusin download. Pas udah nonton, ya walaupun pertama kali nonton sampai ngantuk-ngantuk. Alasannya karena, pertama, perpindahan satu adegan ke adegan lain itu terlalu keras(?) apa ya bahasanya, pokoknya gitulah. Jadi, kaya adegan sebelumnya dengan selanjutnya kaya gak nyambung. Kedua, backsound kadang volumenya lebih kencang dibanding suara pemainnya. Kadang terpaksa harus diulang. Setelah sekali nonton, tularin tuh ke orang-orang, promo sana sini. Dan efek dari promo itu aku nonton Gie entah udah berapa puluh kali, sampe gak bisa diitung. Padahal aku paling gak suka nonton atau baca sesuatu yang sama dan diulang. Tapi, khusus untuk film ini, gak bakal bosen nontonnya. Dengan sedikit kesalahan-kesalahan itu over all filmnya bagus, adegan cinta-cintaannya sedikit. Hahaaha iya sedikit alhamdulillah ya walaupun ada adegan panasnya, itukan cerita Gie dan perjuangannya jadi aktivis, bukan ngejar cintanya. Lihat nih hasil kerja aku ‘Kesimpulan Film Soe Hok Gie’. Walaupun pada hari pengumpulan tugas ini aku jadi orang pelit sehari. Gimana gak mau pelit, orang aku yang punya kerjaan ngedit tugas anak kelas yang mau dibuat buku aja masih bisa ngerjain Kesimpulan ini, ngerjain ini sampe larut malem. Nah mereka yang nganggur malah maunya nyontek. Ogah banget aku! Bayangin aja ngedit 200 Halaman lebih, di waktu empat hari sendirian dengan tugas matakuliah lain yang juga sama numpuknya. Miris banget keadaan aku empat hari itu. Ya udah pas nyampe kelas ada yang minta, aku tetep keukeuh gak mau ngasih tau, gak mau ngasih flash disk, gak mau ngasih kertas. Ini hasil kesimpulan aku, maaf kata-katanya berantakan, kalimatnya juga. Pokoknya ini tugas yang aku buat paling gak jelas. Tapi alhamdulillah langsung dapet tanda tangan. Yeay kesimpulan selesai juga akhirnya... Padahal tugas ini dikumpulin tanggal 15 Juni nanti, tapi hasilnya aku tempelin di sini saja. Senin, 8 Juni 2015 Libur karena gedung digunakan untuk SBMPTN  hahahaa libur, tapi hari itu aku tetap ke kampus, ngapain lagi kalo gak ke Perpustakaan Utama, nyari bahan buat tugas. Hari senin itu perpus adem banget, yang dateng juga dikit jadi gak rame. Di parkiran kampus juga gak semrawut kaya biasanya. Karena, hari itu masih persiapan SBMPTN paling orang-orang cuma cek ruangan, dan mahasiswa yang dateng ke kampus juga dikit. Seneng banget liatnya, swear! Coba tiap hat\ri gitu.  Senin, 15 Juni 2015 Masyarakat Madani dan Pengumpulan Tugas Kesimpulan Film ‘Soe Hok Gie’ Waaah gak terasa udah masuk bab terakhir aja, artinya ini makalah terakhir dan bye bye sama small group discussion. Bye bye sama matakuliah yang membebaskan kita mengeluarkan pendapat. Karena ini Kewarganegaraan jadi gak terlalu saklek(?) sama buku-buku, menurut pandangan kita aja, terbuka untuk semua pandangan teman-teman yang satu kelompok. Oke oke ini yang aku dapet setelah membahas seputar Masyarakat Madani, sebenarnya materi ini udah aku dapet waktu SMA. Dulu Guru PKn aku kalo ngomong ‘Masyarakat Madeni’ bukan ‘Masyarakat Madani’ ––(re: Madeni adalah Bahasa Jawa, berarti Menyebalkan). Hahahaa Guru aku emang parah, suka meleset-melesetin gitu. Masyarakat Madani adalah Masyarakat yang pola pikirnya sudah maju, mereka sudah mandiri, pola pikirnya pun sudah gak tradisional banget. Kalo dari bukunya pak Abuddin Nata, Masyarakat Madani bisa di sebut Masyarakat Informasi (Informatical Society). Mereka mungkin sudah gak terlalu saklek, berorientasi sama kegiatan sesembahan nenek moyang yang turun temurun. Mereka menghargai dan menghormati perbedaan, tidak adanya monopoli oleh golongan tertentu, adanya perbedaan, adanya ruang publik yang bebas, dan yang utama adalah adanya demokrasi. Gimana mau bebas kalo gak ada demokrasi kan? Eee tunggu dulu, kalo gak salah Indonesia nganut sistem demokrasi, politik luar negeri Indonesia bersifat bebas aktif. Heh tapiiii? Tau ahh, miris banget memang Indonesia hampir 70 tahun merdeka, harusnya bukan negara yang masih belajar. Tapi kok demokrasi di Indonesia kaya masih proses belajar. Harusnya kan malah udah hafal. Gampang banget kita di bodohin, bahkan yang ngebodohin dan yang menodai demokrasi itu sendiri dari kalangan pejabat. Contohnya saja, pertama Pemilu dan money politic. Dia kan sifatnya luber jurdil, tapi dari dulu gak ada tuh, menurut aku cuma sebagian masyarakat yang bisa ngejalanin itu. Menurut aku demokrasi kita, hanya nama. Demokrasi cuma buat packaging kebobrokan Pemerintah (Maaf, tapi ini pendapat aku), demokrasi cuma cover. Kedua, keadaan partai politik kita belum sehat. Padahal partai politik wadah dan tempat pembentukan masyarakat madani yang paling efektif. Ketiga, ada yang salah dengan sistem pendidikan kita sehingga kesadaran akan pandangan berbangsa dan bernegara masih minim banget. Pertanyaannya sekarang, kapan masyarakat Indonesia bisa menjadi masyarakat Madani? Kapan ya? Kalo masyarakatnya sudah siap. Bukan bukan masyarakat, tapi kalo pemerintahnya udah siap. Semua berawal dari mereka yang membuat kebijakan. Dan setelah mereka sadar akan potensi SDM masyarakat kita, bukan minta barang jadi, tapi mau mengasahnya sendiri. Sedih. Banyak generasi muda kita yang pinter malah dicampakkin gitu aja. Orang pinter di Indonesia itu jadi musuh bagi mereka. Mereka siapa? Gak tau, tebak ayo merekanya sama siapa? Wkwkwkkkk. Di bagian akhir ini, aku hanya pengen ngomong, ada yang sesuatu yang salah dengan demokrasi, pendidikan, paradigma kita dari awal. Bahkan, dari awal Indonesia merdeka, maybe. Gak heran jika sistem demokrasi dan keadaan kita sekarang carut marut seperti ini. Bahkan bukan hanya demokrasi yang keliru, yang salah, yang kurang sesuai. Namun, sistem pendidikan kita dalam mengasah sumber daya manusia untuk masa depan itu banyak kekeliruannya. Semoga ke depannya Indonesia bisa jadi lebih baik di segala aspek. Semoga ada manusia yang sadar akan ini semua, bukan manusia yang sadar akan kepentingan mereka sendiri alias egois. Amiiiin.... Indonesia bisa jadi negara maju, bisa mandiri juga. Aminnn... Pokoknya di matakuliah Civic Education ini aku seneng, seneng banget malah. Dapet pengalaman baru. Terimakasih buat pak Study Rizal sama Pak Muchlas. Pasti selama perjalanan dari Maret sampai hari ini bapak baca Diary aku, aku dan kelas aku ––MD 2 B banyak ngelakuin kesalahan dan kekeliruan. Saya minta maaf yang sebesar-besarnya. Semoga bapak maafin. Oh iya di diary ini juga pasti ada kata-kata yang kurang berkenan, kekeliruan di sana sini, mengandung SARA maybe, saya minta maaf. Manusia memang tempatnya salah. Terimakasih banyak sudah ngasih kita pengalaman baru yang belum pernah kita rasain. Terimakasih banyak sebanyak-banyaknya buat Ilmu yang sudah dibagi sama kita. Do’akan kami cepet lulus. ‘Heh? Baru semester 2 ini’. Do’akan nilai kami di semester 2 ini bagus-bagus, dan bisa mengaplikasikan apa yang kita dapat sekarang di kehidupan sesungguhnya. Jadi gak cuma teori tapi kita juga bisa praktek. Do’akan kita bisa menjadi generasi muda yang bermanfaat buat bangsa dan agama. Menjadi sumber daya manusia yang memberikan banyak nilai positif dan berkontribusi banyak untuk kemajuan negara kita tercinta Indonesia. Semoga kita juga semakin bangga akan Indonesia, di tengah banyaknya kekurangan. Semoga nantinya diantara kita bisa menjadi pelaku demokrasi yang sesuai prosedur sistem demokrasi. Intinya aminin do’a kita yang baik baik dan semoga civic education ke depannya lebih baik, dan bisa menjadi langkah awal lahirnya para pejuang demokrasi yang berasas, serta menjadi pengawal dan pengontrol demokrasi itu sendiri. Diantara semoga semoga itu pokoknya Civic Education the best. #bighug eee Senin, 22 Juni 2015 Hari ini libur, mungkin kaya minggu tenang gitu. Padahal udah gak sabar buat UAS. Bukan gak sabar buat UAS, tapi gak sabar nunggunya, karena matakuliah lain udah UAS semua. Males harus bolak balik ke kampus. Terus tiap ke kampus paling Cuma satu matakuliah yang UAS, kan gak jelas banget. Memang sih enak dapet uang saku, ketemu temen juga. Tapi ya cuapek... Sampai ketemu di UAS Civic Education tanggal 29 Juni nanti Pak Study Rizal, Pak Muchlas dan teman-teman yang super ajaib dan aneh. Semoga bisa ketemu dalam keadaan sehat, dan setiap langkah kita diridhai oleh Allah. Bagian akhir dari ini Cuma mau ngucapin Terimakasih شكرًكثير Danke Thank You Buat satu semester ini yang berbeda, yang insya Allah nantinya ilmu yang di dapat selama perjalanan dari matakuliah Civic Education ini bisa nerangin demokrasi di Indonesia dari salah satu kami. Semoga kita tidak hanya jadi seonggok daging yang punya nama tanpa memberi manfaat. Namun, kita banyak memberikan kontribusi positif yang membawa lampu penerang bagi Indonesia. Senin, 29 Juni 2015 IT’S TIME TO FINAL EXAMINATION! Good Luck buat semuanya. I hope Allah always bless us. Semoga mata kuliah ini kita bisa lulus semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar