Sabtu, 16 Januari 2016

Tekonologi Menguntungkan atau Merugikan?

Di zaman yang sudah berkembang sangat cepat seperti sekarang. Tenaga manusia kini minim dibutuhkan. Pasalnya tenaga manusia sudah diganti oleh robot-robot yang hampir sempurna menyerupai manusia. Begitupun hal-hal yang dulunya harus dicari susah payah. Di masa kini mudah untuk mendapatkannya. Hal tersebut menyebabkan dunia semakin kompetitif. Artinya, orang yang mampu, cepat berkembang, serta kreatif membuat sesuatu yang barulah yang hanya akan tetap bertahan.
Kabar baiknya, mau apapun jadi bisa dengan cepat didapatkan. Kabar buruknya, manusia jadi manusia masa kini yang sangat pemalas. Karena apapun bisa dilakukan menggunakan smarthphonenya. Ditambah lagi beban orang yang sedikit susah untuk berkembang cepat. Ia akan tetap tertinggal oleh dunia yang semakin maju setiap detiknya. Ia akan tetap stuck di tempat, karena mungkin putus asa bersaing dengan orang-orang yang cepat berkembang dan kreatif.
Masalah itulah yang dialami boleh para kamu yang sudah berumur. Dengan umurnya yang sudah lumayan, Ia harus tetap lagi lagi dan lagi Belajar hal-hal baru. Terutama Belajar mengenai teknologi. Memang hal itu baik. Percaya lah, diantara kebaikan-kebaikan itu, ada banyak kesusahan yang harus ditanggung oleh mereka. Di masa tuanya yang harusnya sudah pensiun dan hidup, beliau tetap harus Belajar.
Hal itu yang penulis lihat setiap harinya di jalan. Betapa miris kehidupan sekarang :( Ya Allah. Zaman yang katanya sudah semakin memudahkan manusia ternyata bisa jadi zaman yang makin makin menyusahkan manusia. Bapak-bapak yang sudah sepuh, harus bersaing di jalanan dengan pada pemuda yang fisiknya lebih kuat, lebih bisa beradaptasi dengan teknologi, dan bisa lebih cepat belajar sesuatu yang baru. Mereka lebih cocok untuk berkompetisi. Namun bukan berkompetisi dengan kakek-kakek tua yang harusnya sudah istirahat, atau bapak-bapak yang jadul yang mencari nafkah untuk Putra putrinya.
Ini terjadi pada sopir taksi, sopir angkot, dan tukang ojek komplek, serta pedagang keliling. Siang itu, hujan turun sangat deras. Mata-mata milik bapak sopir taksi yang sudah berumur itu melihat jalanan dengan pandangan mata yang sangat kosong. Mulutnya mengunyah, tangan kirinya menggenggam bungkusan nasi padang. Penulis tebak, itu adalah sarapan mereka, Ya Allah itu sudah hampir jam 12 siang. Makin kompetitif, makin keras juga kita berusaha. Tak pandang usia. Kalo mau orangnya nggak punya hati, ia rela sikut kanan, sikut kiri.
Pandangan mata yang kosong itu seakan luruh juga harapan mereka, seiring dengan luruhnya air hujan. Mukanya yang kusut, seperti wajah-wajah orang habis terkena hujan. Hal ini sudah menjadi rahasia umum, ketika hujan turun, Jakarta akan semakin macet.
Belum lagi ditambah teknologi yang kian maju. Bapak-bapak tua itu sulit untuk berjalan beriringan dengan sopir-sopir muda. Karena di mana-mana orang sudah menggunakan smartphone untuk mengorder sesuatu, termasuk mengorder taksi. Apa kabar buat yang tidak mengenal smartphone? Ia harus tetap sabar dan ikhtiar serta percaya, bahwa rizki yang Allah beri tak pernah salah alamat. Apalagi bagi mereka yang mencari nafkah untuk anak istrinya di Rumah.
Selain itu harga kebutuhan pokok yang makin hari makin merangkak naik. Uang sekolah makin mahal untuk sekolah, karena setiap orang tua menginginkan sesuatu yang terbaik untuk anaknya. Jika sudah seperti ini apa yang harus mereka lakukan? Mereka sangat membutuhkan itu. Kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan pemerintah jilid berapa yang berpihak pada rakyat kecil seperti mereka? Keadaan yang makin mencekik, makin membuat rakyat miskin bertambah. Jangan pernah mengatakan teknologi maju Dan ekonomi semakin maju ketika makin banyak orang seperti mereka. Dari pagi hingga pagi lagi mereka menunggu penumpang, nan hasio yang diperoleh tidak sesuai yang diinginkan. Belum lagi ke tidak amanan yang makin mengintai mereka.
Harusnya dengan SDM yang makin banyak ini, bisa dimanfaatkan Pemerintah untuk mengelola semua yang negara kita punya secara mandiri. Memang Angka pengangguran akan selalu membayangi, setidaknya hal tersebut akan lebih baik. Ayo dong kabinet kerja, come on. Selamatkan rakyatmu, hey wakil rakyat dipundakmu kami menitipkan amanah. Ingat amanah 6,2juta rakyat.
Bersaing dengan warga negara Indonesia saja pengangguran menumpuk. Tahun ini Masyarakat Ekonomi ASEAN sudah berlaku. Apa yang harus dilakukan? Bisakah kita bersaing? Bisakah kita mengurangi pengangguran Dan meningkatkan derajat kehidupan manusia Indonesia? Semoga kita bisa melewati semuanya. Kita jadi lebih dewasa. Semoga hari ini dan kemaren bisa dijadikan pelajaran untuk menguatkan kita menghadapi hari esok. Dan menjadi negara yang lebih baik.
#IndonesiaBISA!!
Saturday, 2016 January 16
Masyarakat Indonesia menginginkan perubahan untuk jadi lebih baik, dan mampu bersaing dengan masyarakat dunia. Majulah pemuda Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar